Menjadi
Franchise usaha bakso the great man:
‘’cak man’’
Abdur
Rahman tukiman, kelahiran trenggalek, 4 april 1961, jabatanya adalah direktur
PT kota jaya; bocah gunung pejual kayu yang jadi miliader bakso malang. Bakso
bagi sebagian orang hanya kudapan di waktu senggang. Namun, di tangan Abdur
ranchman tukiman alias Cak man, anggapan itu menjadi usang. Lewat bendera
‘’Bakso kota’’, pengusaha tidak tamat SD dari lereng gunung wilis, trenggalek,
jawa timur itu kini memayungi usaha 86 gerai bakso di seluruh Indonesia dengan
omzet total setengah miliar rupiah per hari.
Cak man beralamat di jln. bantaran 2
no. 11 kota malang, jawa timur. Mata pencaharian sebagai juragan bakso langsung
terlihat dari adanya tiga gerobak bakso di sisi rumah. Di samping rumah
berlantai dua itu terdapat bangunan untuk asrama pegawai. ‘’saya jarang di
rumah, lebih banyak di kantor atau berkeliling menengok gerai,’’ ujar Cak man
mengawali wawancara. Deretan mobil dan rumah sederhana itu hanya sebagian dari
asset pria kelahiran trenggalek 48 tahun lalu itu.
Melalui PT kota jaya yang didirikan
pada februari 2007, Cak man kini menjadi juragan waralaba bakso terbesar di
Indonesia dengan brand ‘’Bakso kota
cak man’’. Perusahaan bapak tiga anak ini sekarang membawahi 86 cabang gerai
bakso kota di seluruh Indonesia. Omzet masing-masing gerai berkisar Rp3 juta
sampai Rp7 juta per hari, atau sekitar Rp500 juta per hariuntuk semua omzet.
Dari total penjualan kotor per
bulan, lima persenya masuk ke kantong Cak man sebagai royalty franchise atau bagi keuntungan. Jadi
hanya dengan ongkang-ongkang kaki, Cak man bisa mengantongi pendapatan Rp200 juta per bulan. Pengahasilan sekelas
Dirut BUMN itu ternyata itu belum termasuk keuntungan dari enam outlet yang
dikelolanya sendiri di kota malang.
Kantong Cak man semakin
menggelembung jika ada investor yang ingin membeli franchise bakso kota yang dilego Rp50 juta untuk periode 5 tahun
masa kerja sama. ‘’jumlah itu pecah, Rp20 juta untuk membiayai sekolah koki di
tempat saya, sisanya untuk perusahaan, murah kan,’’ jelas anak kelima dari
delapan bersaudara itu.
Tak heran Cak man yang tak sempat SD
dan mengawali kariernya menjadi tukang bakso pikul itu, kini tinggal menikmati
hasil keringatnya. ‘’oalah mas, semua
itu karena senang menabung,’’ ujar pria yang sering ketinggalan pesawat karena
sering diminta orang bercerita tentang sukses usaha baksonya di bandara itu.
Namun, tak semua jalan usaha Cak man bertabur cerita sukses. Pada akhir 2002,
di malang sempat berhembus gossip jika bakso Cak man dibuat dari daging tikus.
Rumor tak jelas sumbernya itu sempat membuat anjlok omzet sampai 50
persen.’’gerai di jalan Surabaya saya tutup karena sewanya habis, bukan karena
penggrebekan polisi akibat isu campuran daging tikus di bakso’’, kenangnya.
Setelah itu bakso tikus mereda, pada
2004, sebagian orang menghembuskan kabar jika baksonya mengandung boraks atau
bahan yang digunakan untuk mengawetkan mayat.pada saat itu, Cak man akhirnya
sadar bahwa kabar tak sedap tentang baksonya harus dilawan.
Cak man pun akhirnya membuka
lebar-lebar dapurnya untuk bisa dikunjungi siapa saja.kini, mulai dari
mahasiswa, pelajar sekolah kejuruan jurusan tata boga, atau masyarakatumum bisa
masukdengan bebas masuk kedapurnya di jln. bantaran 2 no. 11, malang, jawa
timur. ‘’banyak yang menjadikan lokasi ini sebagai bahan skripsi, tugas akhir,
tempat magang, atau penulisan buku,’’imbuk Cak man asli dari trenggalek itu.
Beberapa acara kuliner TV nasional juga kerap menyatroninya. Meliput proses
pembelian daging sampai terhidang di
mangkok dalam bentuk bakso siap santap.
Cara
‘’open house’’ ini terbukti manjur,
bahkan saat muncul isu lagi, yakni bakso Cak man adalah bakso katok (bakso yang
dicelupi celana untuk penglaris) sudah tak percaya masyarakat lagi. Buktikan
sendiri ke sana!
Tak Tekor walau Banyak Pengekor
Cak
man tak hanya piawai meracik bumbu bakso. Tetapi, dia juga lihai dalam konsep
berdagang. Di saat orang masih berjualan bakso dengan isi yang konvensional,
yakni bakso, gorengan, tahu, mie, dan lontong, sekitar 1985, Cak man
memopulerkan siomay, isi bakso mirip makanan khas bandung dari campuran daging
sapi yang bisa di campur daging ayam, atau ikan.
Berikutnya, lahir dari tangan
kreatif Cak man gorengan yang dibalut usus ayam, bakso udang, bakso telur
puyuh, bakso jerohan, sampai ada sekitar 22 isi bakso hingga saat ini.
Tak
hanya isi mangkok bakso, Cak man juga memopulerkan konsep prasmanan atau
swalayan berbagai menu berbasis bakso. Cak man juga menjadi pelopor konsep
waralababakso. Belakang, Cak man juga menciptakan cara memasak bakso yang unik,
yakni dengan boiler (tungku uap) yang menghasilkan steam atu uap panas. ‘’pakai
boiler efektif, selain bisa menghasilkan bakso yang empuk karena dimasak
dengan panas yang maksimal, energy bisa dihemat sampai 80 persen,’’ ujarnya.
Cak man mengaku dia harus berpikir
menciptakan konsep baru dan tak segan-segan membeberkan ke pihak lain jika ada
yang menanyakan. ‘’kalau merahasiakan konsep malah cape’,dan malah orang bisa beranggapan yang tidak-tidak terhadap
bakso saya,’’ ujarnya.
Saking ‘royal’-nya Cak man terhadap
resep dan konsep, sampai-sampai ada beberapa yang dahulu membeli waralaba
dirinya memilih buka warung bakso dengan
merek sendiri. Itu karena mereka telah menguasai ilmu berjualan bakso ala Cak
man.
Ikut Tiga Juragan,
Bangkrut semua
Proses
panjang dan berliku-liku harus dilalui Cak man untuk mencapai sukses. Pengusaha
yang kini miliader itu harus jatuh bangun puluhan tahun, sebelum sekses seperti
sekarang. Pada usia yang masih belia, 9 tahun sudah harus mencari nafkah karena
sang bapak meninggal dunia.
Untuk mendapat nafkah bagi ibu dan
delapan saudaranya, Cak man menjual apa saja dari areal hutan sekitar rumah
yang bisa laku di pasar, seperti sayuran, kayu bakar, daun jati, sampai burung
kutilang. ‘’saya harus berangkat jam 11 malam menyusuru hutan memanggul beban
sekitar 30 kilogram, itu agar bisa sampai di pasar jam 5 pagi,’’ ungkap Cak man
yang selalu menyisihkan 60 persen penghasilan untuk ditabung.
Kerja sangat keras itu hanya
berbalas penghasilan Rp35 per hari yang langsung ludes untuk membeli kebutuhan
keluarga. Hal ini dilakukan sekitar lima tahun, setelah itu, dia juga ikut
bekerja serabutan di sawah dan lading milik keluarga atau orang lain.
Pada usia 19 tahun, Cak man pergi ke
malang, menumpang hidup di juragan bakso tersohor asal trenggalek di daerah
ciliwung, sumiaji. Upah yang diterimsnya dari hasil jerih payah seharian
memikul gerobak bakso sebesar Rp75 per hari, meskipun masih kecil,namun sudah
dua kali lipat dibandingkan penghasilanya saat tinggal di desa. Saying, usaha
sumiaji yang juga berasal dari trenggalek
harus gulung tikar alias bangktut.
Cak man kemudian beralih menumpang
hidup di juragan bakso asal trenggalek yang lainya, mukapai. ‘’tetapi,
taksampai setahun orang kedua yang saya ikuti juga bangkrut,’’ kenang pria yang
sudah menunaikan ibadah haji tersebut. Kembali, dia harus dititipkan kejurgan
bakso lain bernama suyatno. Sayang, tak sampai setahun karier,Cak man di usaha
bakso milik suyatno lagi-lagi kandas. Cak man menyebut semua juraganya gagal
meraih sukses karena menejemen keuangan yang buruk. ‘’karena saya cukup menimba
ilmu, selepas hengkang dari usaha milik pak suyatno, saya putuskan untuk buka
usaha sendiri dengan menggabungkan kelebihan dari resep bakso tiga juragan,’’
ujar Cak man.
Uasaha pribadi miliknya dimulai 1948
dengan memecah pundi-pundi tabungan senilai Rp77 ribu. Gerobak bakso pertamanya
sangat sederhana, yaitu berbentuk pikulan hanya panci bukan dandang seperti
saat ini. Tak lama kemudian simpananya juga mampu mewujudkan hasratnya untuk
segera punya gerobak dorong sendiri. Dalam dua tahun, usaha Cak man berkembang
pesat.
Pada awal 1986, seseorsng
menawarinya untuk memanfaatkan lahan milik Negara di sebelah kantor kecamatan
blimbing. Usaha Cak man pun terus berkembang sampai bakso kota Cak man mendapatkan
hak paten, menjadi PT (perseroan terbatas).
(Leonardus saiman. 2015.kewirausahaan teori, praktik, dan
kasus-kasus. Jakarta. penerbit:salemba empat.)
di tulis ulang oleh -siabidinblog